Candi Simping, Pedharmaan Raden Wijaya


Candi Simping Saat Ini
Candi Simping Saat Ini
Candi Simping atau Candi Sumberjati adalah salah satu candi candi di Blitar , yang terletak di Dusun Krajan, Desa Sumberjati, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar, Indonesia. 


 Peta Lokasi Candi Simping :



Candi ini merupakan makam Raden Wijaya yang wafat tahun 1309. Penegasan tentang keberadaan candi ini tertulis dalam Kitab Negarakertagama Pupuh XLVII/3 bagian yang ketiga, yang berbunyi:
Ring saka matryaruna lina nirang narendra, drak pinratista jina wimbha sire puri jro, hantahpura ywa panelah sikana sudharmma, saiwa pratista cari teki muwah ri simping.
Artinya:
“... tahun Saka surya mengitari bulan (1231 Saka atau 1309 M), Sang Prabu (Raden Wijaya) wafat, disemayamkan di dalam pura Antahpura, begitu nama makam dia, dan di makam Simping ditegakkan arca Siwa.”
Rahasia yang terungkap, Raden Wijaya atau Raja Kertarajasa diwujudkan sebagai arca Harihara karena peranannya besar dalam sejarah Singasari sampai Majapahit. Dia dianggap sebagai Wisnu karena berhasil menyelamatkan Singasari dari kehancuran akibat serangan Jayakatwang dan dianggap sebagai Syiwa karena dia penganut Syiwa yang taat. Arca perwujudan Raden Wijaya dinamakan Harihara, yaitu perpaduan antara Dewa Wisnu dan Dewa Syiwa. Hari adalah nama lain Dewa Wisnu, sedangkan Hara adalah sebutan lain Dewa Syiwa. Patung Harihara ini sekaramg tersimpan di museum Nasional Jakarta.
Arca Harihara
Arca Harihara
Keberadaan Candi Simping di masa kuno cukup memperoleh perhatian besar dari Kerajaan Majapahit. Terbukti, dari sekian banyak tempat di Blitar, hanya Candi Penataran dan Candi Simping saja yang dikunjungi Raja Hayam Wuruk sebanyak dua kali. Berikut penjabaran perjalanan Hayam Wuruk (Rajasanagara) ke  Candi Simping yang terhimpun dalam Kitab Nagarakrtagama dalam pupuh LXI/4 yang menceritakan upaya perbaikan yang dilakukan oleh Prabu Hayam Wuruk terhadap kerusakan-kerusakan yang terjadi pada candi Simping ini:
Perjalanan pertama terjadi pada tahun 1283 (1361 Masehi) bulan Wesaka (April-Mei).
    Sah sangke lodhaya sira manganti simping, sweccha nambya mahajenga ri sang hyang dharma,
Artinya:
    Baginda Raja meninggalkan Lodoyo menuju desa Simping, dengan rela seraya memperbaiki candi tempat memuja leluhur,
Perjalanan selanjutnya pada tahun 1285 (1363 Masehi) sebagai berikut:
    Irikanganilastanah saka nrepeswara Warnnana, mahasahasi simping sang hyang dharma rakwa siralihen,
Artinya:
    Pada tahun saka Anilastanah-1285 (1363 Masehi) Baginda Raja dikisahkan, Baginda Raja pergi ke Simping konon akan memindahkan candi

Struktur bangunan

Candi Simping saat masih utuh
Candi Simping saat masih utuh
Saat ini, candi ini hanya berupa lantai pondasinya saja, sementara bangunan utuhnya telah runtuh. Candi ini dibangun dengan bahan dasar batu andesit, berbeda dengan candi-candi yang ditemukan di wilayah Trowulan, Mojokerto. Kontruksi gambar yang dibuat oleh Dinas Kepurbakalaan menggambarkan candi ini indah dan ramping meninggi. Pada batur candi setinggi 75 cm, panjang 600 cm dan lebar 750 cm ini terpahat relief berbagai macam binatang. Di antaranya Singa, angsa, merak , burung garuda, babi hutan dan kera. Di sisi barat ada tangga (flight step) yang dulu digunakan sebagai jalan masuk ke ruang candi. Di tengah-tengah batur candi ini terdapat batu berbentuk kubus dengan ukuran 75 cmx 75 cm x 75 cm. Pada bagian atas batu ini dipahat relief kura-kura dan naga yang saling mengkait mengitari batu tersebut. Tak jelas apa guna atau fungsi batu berbentuk kubus ini. Para sejarawan memperkirakan batu ini berfungsi sebagai tempat sesajian untuk para desa. Pada badan candi yang direkontruksi di halaman candi terdapat hiasan-hiasan bermotif sulur-suluran dan bunga. Sementara pada mustaka candi terdapat pelipit-pelipit garis dan bingkai padma (bunga teratai).
Kepala Kala di Simping
Kepala Kala di Simping
Dari rentuhan yang ada diperkirakan bentuk candi Simping ini ramping (slime) sebagaimana bentuk jandi-candi Jawa Timuran. Di atas pintu utama dipahat kepala Kala yang kelihatan menyeramkan sebagai penjaga pintu. Pahatan kepala kala ini, seperti umumnya kepala Kala model Jawa Timur-an, tidak dilengkapi dengan Makara. Pada sisi utara, timur dan selatan terdapat cerukan yang masing-masing di atasnya juga terpahat patung Kala. Pahatan (patung) kepala Kala ini sekarang nampak berserakan di halaman candi.
Lingga Yoni yang menjadi pusat Candi Simping
Lingga Yoni yang menjadi pusat Candi Simping
Di halaman candi sebelah timur laut terdapat tiga buah Lingga-Yoni kecil. Tak jelas Lingga-Yoni ini dulu ditempatkan dimana. Hanya saja anehnya, pada bagian bawah Lingga untuk menancapkan ke Yoni ini tidak berbentuk silinder, tetapi segi empat. Sedangkan dibagian atas bersegi delapan. Di dekat Lingga-yoni ini ada beberapa patung yang tak jelas patung siapa karena kepalanya sudah tidak ada sehingga tidak bisa dikenali. Di sudut tenggara halaman candi terdapat patung singa yang duduk di atas padmasana. Sayang patung singa ini kepalanya sudah tidak ada, tinggalm badanya saja. Sedangkan di sebelah selatan batur candi terdapat sebuah lingga miniatur candi.

Kitab Negarakretagama menyebutkan candi itu merupakan tempat Raden Wijaya diperabukan. Akan tetapi, kitab itu juga menyebutkan bahwa Raden Wijaya diperabukan di Candi Brau Trowulan. Candi itu juga memiliki relief jenis pradasina, relief yang dibaca searah jarum jam. Biasanya relief pradasina tidak digunakan pada candi yang berfungsi sebagai makam. Peneliti di Balai Arkeologi Yogyakarta Nurhadi Rangkuti menulis bahwa kakawin Nagarakretagama mencatat Krtarajasa meninggal pada tahun Saka 1231 (1309 M) dan di-dharma-kan di Simping dengan sifat Siwaitis dan di Antapura dengan sifat Budhistis. Di Candi Simping itu sebenarnya ada arca setinggi 2 meter yang kini disimpan di Museum Nasional Jakarta..

Sumber :

0 Response to "Candi Simping, Pedharmaan Raden Wijaya"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel